Selasa, 17 Desember 2013

BAB 3
IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH
A.Pengertian iman kepada rasul alloh
Kata rasul berasal dari bahasa Arab, rasulun yang artinya utusan. Menurut istilah, rasul adalah manusia mulia yang dipilih Allah untuk menerima w untuk diamalkan sendiri dan wajib disampaikan kepada umatnya, sedangkan nabi adalah manusia mulia yang dipilih Allah untuk menerima wahyu agar diamalkan oleh dirinya, tetapi tidak wajib menyampaikannya kepada umatnya. Maksud dari beriman kepada rasul adalah meyakini bahwa mereka adalah orang yang diutus dan ditugaskan Allah untuk menyampaikan ajaran kepada umatnya sebagai pedoman bagi kehidupan.
B.Fungsi beriman kepaa rasul alloh
Para nabi dan rasul sebagai khalifah Allah di bumi mengemban tugas untuk menerima informasi tentang peraturan Allah dan menyampaikannya kepada umat manusia agar terjadi keharmonisan dalam kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, para rasul mempunyai fungsi antara lain sebagai berikut.
o   Membawa berita gembira atau peringatan kepada umatnya.
o   Menyuruh umat untuk menyembah hanya kepada Allah dan senantiasa bertakwa kepada-Nya.
o   Menyeru pada umat untuk beriman kepada Allah tanpa pengkultusan terhadap para rasul itu.
o   Mengajarkan seluruh umat agar senantiasa mempelajari kitab suci yang diturunkan kepada rasul sebagai pedoman hidupnya.

C.Jumlah dan sifat rosul dan nabi
a. jumlah roul dan nabi

Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. adalah mereka dari golongan laki-laki, tidak pernah ada rasul berjenis kelamin perempuan, dan jumlah rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya sangat banyak. Di antara para rasul itu ada yang diceritakan kisahnya dalam Al-Quraan dan ada yang tidak.

عَنْ أَبِى ذَر قَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَمْ عِدَّةُ اْلاَنْبِيَاءِ ؟ قَالَ : مِائَةُ اَلْفٍ وَاَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ اَلْفًا اَلرُّسُلُ مِنْ ذَالِكَ ثَلاَثَةُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيْرًا (رَوَاهُ أَحْمَد)
"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad)

Berdasarkan hadis di atas jumlah nabi dan rasul ada 124.000 orang, diantaranya ada 315 orang yang diangkat Allah swt. menjadi rasul. Diantara 315 orang nabi dan rasul itu, ada 25 orang yang nama dan sejarahnya tercantum dalam Al Quran dan mereka inilah yang wajib kita ketahui, yaitu:






1. Adam As    6. Ibrahim As   11. Yusuf As  16. ZulkiFli As                            21. Yunus As
2. Idris As     7. Luth As         12. Ayub As   17. Daud As                    22. Zakaria As
3. Nuh As      8. Ismail As      13. Syu’aib As 18. Sulaiman As             23. Yahya As
4. Hud As      9. Ishaq As       14. Musa As  19. Ilyas As                       24. Isa As
5. Sholeh As 10. Yaqub As    15. Harun As  20. Ilyasa As                    25. Muhammad Saw

Diantaran 25 nabi dan rasul, ada rasul yang di beri gelar ulul azmi.Rasul ulul azmi adalah utusan Allah yang memiliki kesabaran dan ketabahan yang luar biasa dalam menyampaikan risalah kepada umatnya. Rasul yang di beri gelar ulul azmi, yaitu :
  1. Nabi Nuh As
  2. Nabi Ibrahim As
  3. Nabi Musa As
  4. Nabi Isa As
  5. Nabi Muhammad SAW
b. sifat nabi dan rosul
Seluruh rasul mempunyai sifat yang sangat terpuji dan terhindar dari sifat-sifat tercela. Sifat-sifat terpuyji yang harus dimiliki rasul disebut sifat wajib rasul, sedangkan sifat-sifat tercela yang tidak mungkin ada pada diri rasul disebut sifat mustahil para rasul. Sifat yang boleh ada ataupun tidak ada dalam diri nabi atau rasul disebut sifat jaiz rasul.
Ø  Sifat wajib ada 4 antara lain :
1.      Sidiq                : berkata benar
2.      Amanah           : dapat dipercaya
3.      Tabligh            : menyampaikan
4.      Fathonah         : cerdik,pandai

Ø  Sedang sifat mustahil bagi rasul yaitu :
1.      Kizib               : berkata bohong
2.      Khianah           : tidak dapat dipercaya
3.      Kitman                        : menyembunyikan
4.      Baladah           : bodoh

Ø  Sifat jaiz bagi rasul yaitu:
1.      wuqu’u a'radil basyariyyah
 yang artinya bahwa rasul akan mengalami atau merasakan sesuatu sebagaimana manusia biasa, seperti makan, minum, tidur, berjalan, berumah tangga, beranak istri, mempunyai kawan, dan mengalami kemenangan maupun kekalahan dalam perjuangan hidup.





D. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN NABI DAN ROSUL
Ø     Persamaan Nabi Dan Rasul Allah
  • Sama-sama diutus untuk menyampaikan syariat Islam.
  • Ada yang  diturunkan kepadanya kitab, ada pula yang tidak.
  • Seorang Laki-laki
  • Sama-sama manusia yang di mulyakan Allah
  • Sama-sama utusan Allah  yang diberi wahyu oleh Allah
  • Sama-Sama Mempunyai Mukjizat
Ø  Perbedaan Nabi Dan Rasul Allah
v   Nabi
  • Nabi diutus menyampaikan wahyu kepada kaum yang telah beriman atau untuk dirinya sendiri.
  • Nabi mengikuti syariat  sebelumnya yang sudah ada.
  • Nabi Selalu berhasil di bunuh oleh orang kafir
  • Sudah pasti Nabi tapi bukan Rasul
  • Nabi pertama adalah Adam AS
  • Mempunyai hak yang sama yaitu
·                 ditaati
·                 dihormati
·                 dicintai

v    Rasul
  • Rasul diutus menyampaikan wahyu kepada kaum yang kafir
  • Rasul Mendapat Syariat baru
  • Rasul selalu selamat dari percobaan pembunuhan  oleh orang kafir
  • Sudah Pasti Nabi dan Rasul
  • Rasul pertama adalah Nuh AS
E. Tugas rosul alloh

Tugas pokok para rasul Allah ialah menyampaikan wahyu yang mereka terima dari Allah swt. kepada umatnya. Tugas ini sungguh sangat berat, tidak jarang mereka mendapatkan tantangan, penghinaan, bahkan siksaan dari umat manusia. Karena begitu berat tugas mereka, maka Allah swt. memberikan keistimewaan yang luar biasa yaitu berupa mukjizat.
Mukjizat ialah suatu keadaan atau kejadian luar biasa yang dimiliki para nabi atau rasul atas izin Allah swt.
Fungsi mukjizat:
ü  membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulannya, dan
ü  sebagai senjata untuk menghadapi musuh-musuh yang menentang atau tidak mau menerima ajaran yang dibawakannya
Macam- macam mukjizat
  1. Mukjizat Kauniyah
Yaitu mukjizat yang berkaitan dengan peristiwa alam.
Contoh: nabi musa as yang dapat membelah laut merah dengan tongkatnya
  1. Mukjizat Saksiyah
Yaitu mukjizat yang keluar dari tubuh nabi atau rasul.
Contohnya: air yang keluar dari celah jari nabi Muhammad saw.
  1. Mukjizat Salbiyah
Yaitu mukjizat yang membuat sesuatu menjadi tidak berdaya.
Contoh: nabi Ibrahim yang tidak mempan dibakar dan apinya menjadi terasa dingin
  1. Mukjizat Akliyah
Yaitu mukjizat yang masuk akal.
Contoh: Al-Qur’an
Adapun tugas para nabi dan rosul
1. Mengajarkan aqidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan kepada umat manusia bahwa:
Ø  Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan satu-satunya dzat yang harus disembah (tauhid ubudiyah).
Ø  Allah adalah maha pencipta, pencipta alam semesta dan segala isinya serta mengurusi, mengawasi dan mengaturnya dengan sendirinya (tauhid rububiyah)
Ø  Allah adalah dzat yang pantas dijadikan Tuhan, sembahan manusia (tauhid uluhiyah)
Ø  Allah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluqNya (tauhid sifatiyah)
2. Mengajarkan kepada umat manusia bagaimana cara menyembah atau beribadah kepada Allah swt. Ibadah kepada Allah swt. sudah dicontohkan dengan pasti oleh para rasul, tidak boleh dibikin-bikin atau direkayasa. Ibadah dalam hal ini adalah ibadah mahdhah seperti salat, puasa dan sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa atau menyimpang dari apa yang telah dicontohkan oleh rasul termasuk kategori “bid’ah,” dan bid’ah adalah kesesatan.
3. Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana hal-hal yang dilarang dan mana yang harus dikerjakan menurut perintah Allah swt.
4. Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri dengan sifat-sifat yang utama seperti berkata benar, dapat dipercaya, menepati janji, sopan kepada sesama, santun kepada yang lemah, dan sebagainya.
5. Menyampaikan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan yang digariskan Allah swt dan menyampaikan wahyu dari allah.
  Cara penyampaian wahyu:
ü  Melalui malaikat jibril yang menyamar menjadi laki-laki maupun dengan wujud aslinya
ü  Melalui takdir yang benar dari firman allah
o   Contoh: nabi musa di gunung tursina
ü  Melalui mimpi yang benar
o   Contoh: mimpi nabi Ibrahim untuk menyembelih nabi ismail
ü  Dibisikan kedalam jiwa seorang rosul
o   Contoh: suwara gemerincing lonceng yang rasul langsung tau maksudnya
5.      Memberikan kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya yang patuh dan taat kepada perintah Allah swt. dan rasulNya bahwa mereka akan mendapatkan balasan surga, sebagai puncak kenikmatan yang luar biasa. Sebaliknya mereka membawa kabar derita bagi umat manusia yang berbuat zalim (aniaya) baik terhadap Allah swt, terhadap manusia atau terhadap makhluq lain, bahwa mereka akan dibalas dengan neraka, suatu puncak penderitaan yang tak terhingga.(Q.S. al Bayyinah: 6-8)
Tugas-tugas rasul di atas, ditegaskan secara singkat oleh nabi Muhammad saw.dalam sabdanya sebagai berikut:

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص م : إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُِتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ
(رَوَاهُ أَحْمَد بن حَنْبَل)

Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. (H.R. Ahmad bin Hanbal).

F.Tanda-tanda beriman kepada rosul alloh

1. Teguh keimanannya kepada Allah swt

Semakin kuat keimanan seseorang kepada para rasul Allah, maka akan semakin kuat pula keimanannya kepada Allah swt. Ketaatan kepada para rasul adalah bukti keimanan kepada Allah swt. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman kepada Allah swt. tanpa disertai keimanan kepada rasulNya. Banyak ayat al Quran yang menyuruh taat kepada Allah swt. disertai ketaatan kepada para rasulNya, antara lain dalam surah An Nisa ayat 59, Ali Imran ayat 32, Muhammad ayat 33 dan sebagainya.

Dua kalimat syahadat sebagai rukun Islam pertama adalah pernyataan seorang muslim untuk tidak memisahkan antara keimanan kepada Allah swt. di satu sisi, dan keimanan kepada Rasulullah di sisi lainnya. Dalam bahasa lain, beriman kepada para rasul Allah dengan melaksanakan segala sunah-sunahnya dan menghindari apa yang dilarangnya adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah swt.

2. Meyakini kebenaran yang dibawa para rasul

Kebenaran yang dibawa para rasul tidak lain adalah wahyu Allah baik yang berupa Al-Quran maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran wahyu Allah adalah masalah yang sangat prinsip bagi siapapun yang mencari jalan keselamatan, karena wahyu Allah sebagai sumber petunjuk bagi manusia.

Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jika terlebih dahulu dia beriman kepada rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut. Mustahil ada orang yang langsung bisa menerima suatu kebenaran yang dibawa oleh orang lain, padahal dia tidak yakin bahkan tidak mengenal terhadap sipembawa kebenaran tersebut.
Allah menjelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 285 yang artinya sebagai berikut:
“Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.”(Q.S. Al Baqarah 285)

Bagi tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakini kebenaran yang dibawa oleh para rasul, kemudian mengamalkan atau menepati kebenaran tersebut. Bagi umat Nabi Muhammad saw. tentulah kebenaran atau ajaran yang diamalkannya ialah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

3. Tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan yang lain

Dengan beriman kepada rasul-rasul Allah otomatis berarti tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan rasul yang lain. Artinya seorang mukmin dituntut untuk meyakini kepada semua rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. Tidak akan terlintas sedikitpun dalam hatinya untuk merendahkan salahsatu dari rasul-rasul Allah atau beriman kepada sebagian rasul dan kufur kepada sebagian yang lain. Sikap seorang mukmin adalah seperti yang digambarkan oleh Allah swt. dalam surah Al Baqarah ayat 285: yang artinya sebagai berikut:
"...Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya." Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-Baqarah : 285)

4. Menjadikan para rasul sebagai uswah hasanah

Para rasul yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk memimpin umatnya adalah orang-orang pilihan di antara mereka. Sebelum menerima wahyu dari Allah swt, mereka adalah orang-orang yang terpandang di lingkungan umatnya, sehingga selalu menjadi acuan perilaku atau suri tauladan bagi orang-orang di lingkungannya.Apalagi setelah menerima wahyu, keteladanan mereka tidak diragukan lagi, karena mereka selalu mendapat bimbingan dari Allah swt.
Dalam surah Al Ahzab ayat 21 Allah swt. menegaskan sebagai berikut:
“Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kamu,” (Q.S. Al Ahzab ayat 21).
G. Contoh perilaku beriman kepada rosul-rosul alloh

§  Menaati ajaran alloh swt.yang disampaikan rosulnya
§  Berperilaku giat dn rajin bekerja mencari rezeki yang halal,sesuai dengan keahliannya.
§  Melaksanakan seruan rasulullah saw.untuk beribadah hanya kepada alloh swt,dan menjauhkan diri dari segala sikap serta perilaku syirik.
§  Melakukan usaha-usaha agar kualitas hidupnya meningkat ke derajat yang lebi tinggi.
§  Orang yang beriman kepada rasul allah swt.akan selalu mengikat memahami,dan berperilaku sesuai dengan hadis.
“dari abdullah bin amir berkata rasulullah saw.bersabda;orang islam itu bersaudara orang islam lainya,maka janganlah ia menganiyanya,dan janganlah ia membiarkan saudaranya (terjerumus kedalam sesuatu yang membahayakan).barang siapa menolong (memenuhi) apa yang menjadi keperluannya.dan barang siapa yang memudahkan (memberi jalan keluar)kesulitan saudaranya (sesama manusia),allah akan memudahkan kesulitannya di hari kiamat.dan barang siapa menutupi (aib) orang islam,maka allah akan menutupi aibnya di hari kiamat.”(H.Rbukhari Muslim,Abu Dawud,Nasi’i,dan Tirmidzi dinyatakan bahwa hadis ini hasan sahih).
H.Nilai-nilai yang Harus Diaplikasikan dalam kehidupan Sehari-hari

a)      Istiqamah dalam menjalankan syariat islam
b)     Peduli terhadapkaum dhuafa.
c)      Menjadikan rasul rasulullah saw.sebagai suri teladan.
d)     Selalu melaksanakan ibadah-abadah sunah.
e)      Meyakini isi kitab-kitab yang dibawa oleh para rasul.
f)       Meyakini para rasul memiliki safat-sifat terpuji.
g)      Tabah dan sabar dalam menghadapi musibah
h)     Selalu optimis dan tidak pernah putus asa
i)        Tidak membeda-bedakan antara rasul-rasul allah

I.Contoh keistimewaan atau mukjizat rasul (nabi isa as.)
Nabi Isa as bergelar Al Masih dan dipanggil Ibnu Maryam (Putra Maryam). Beliau lahir tanpa ayah, tetapi bukan karena zina. Beliau lahir di Baitul Lahmi (Bethlehem) yang berarti "tempat lahir". Letaknya sekitar 9,5 km diselatan Yerussalem, yang saat itu berada dalam jajahan Romawi. Isa as dapat berbicara ketika masih bayi dan dikhitan pada usia 8 hari sesuai syariat yang dianut sejak Nabi Ibrahim as.
Pada usia 12 tahun, Beliau menuntut ilmu di Baitul Maqdis dan pada usia 30 tahun Beliau mendapat tugas kenabian serta menerima wahyu berupa injil.Sahabat, murid, dan pengikutnya disebut dengan Al Hawariyyun. Isa Ibnu Maryam terkenal sebagai pemuda cerdik, pintar, berani, tegas, dan penuh kasih sayang.Beliau pun memperoleh mukjizat yaitu mampu menghidupkan orang yang sudah meninggal, menurunkan hidangan dari langit, menyembuhkan beberapa penyakit seperti kusta, gila, buta, bisu, dan pincang, serta mampu membuat burung hidup dari tanah liat.Dengan kata lain, setiap Muslim dituntut untuk menjadi lebih baik dari hari ke ha

MODUL 4
PERILAKU TERPUJI (TOBAT DAN RAJA’)

Sikap tobat dan raja’ merupakan sepasang sikap indah yang allah karuniakan kepada kita selaku seorang muslim.hal ini menjadi penghubung antara hamba yang lemah an berdosa kepada Rabb-nya Yang Mahamulia.Salah satu hal terpenting dari tobat dan raja’ adalah ketersambungan jiwa kita selaku hamba kepada allah swt.Yang Maha Pengasih.allah menyediakan ampunan-Nya bagi siapa pun yang melampaui batas.allah juga menyediakan rahmat-Nya bagi siapapun yang mengharapkanya. Dalam menjalani kehidupan, seseorang tentu harus mempersiapkan bekal untuk hari kemudian. Bekalnya adalah iman, ilmu dan amal shaleh. Keimanan yang disertai amal shaleh akan membawa keselamatan dan kesejahteraan, baik di dunia maupun diakhirat. Apalagi jika ditambah dengan perilaku terpuji seperti bertaubat, raja’ (menunjukkan sikap mengharap kerido’an Allah), optimis, dinamis, mampu berfikir kritis, dan mampu mengendalikan diri

1.TOBAT

A.Pengertian Tobat
Taubat secara etimologis (bahasa) berasal dari kata tâba (fi’il madhi), yatûbu (fi’il mudhari’), taubatan (mashdar), yang berarti “kembali” atau “pulang” (raja’a) (Haqqi, 2003). Adapun secara terminologis (menurut makna syar’i), secara ringkas Imam an-Nawawi mengatakan, taubat adalah raja’a ‘an al-itsmi (kembali dari dosa) (Syarah Shahih Muslim, XVII/59). Dengan kata lain, taubat adalah kembali dari meninggalkan segala perbuatan tercela (dosa) untuk melakukan perbuatan yang terpuji (‘Atha, 1993).
Taubat tersebut adalah suatu keniscayaan bagi manusia, sebab tidak satu pun anak keturunan Adam AS di dunia ini yang tidak luput dari berbuat dosa. Semua manusia, pasti pernah melakukan berdosa. Hanya para nabi dan malaikat saja yang luput dari dosa dan maksiyat. Manusia yang baik bukan orang yang tidak berdosa, melainkan manusia yang jika berdosa dia melakukan taubat
Artinya : “…Sesungguhnya Allah itu menyukai orang-orang yang tobat kepada-Nya dan dia menyukai orang-orang yang membersihkan diri.” (QS Al Baqarah : 222)
Taubat adalah proses menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan berupaya sekuat hati untuk tidak melakukannya kembali atau permohonan ampun kepada Allah SWT atas kesalahan (kekhilafan) dan atas perbuatan dosa yang telah dilakukannya.

Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya : “Sesungguhnya Allah menerima taubat hambanya selagi ia belum tercungak-cungak hendak mati (nyawanya berbalik-balik dikerongkongan).” (HR Ahmad)
Kesalahan atau kekhilafan yang dilakukan terhadap orang lain, diantaranya seperti hal-hal berikut.
ü  Tidak memuliakan anak yatim piatu, tidak menganjurkan dan memberi makan orang miskin, memakan harta dengan mencampuradukkan yang hak dengan yang bathil dan mencintai harta yang berlebihan.
ü  Bakhil, merasa tidak cukup dan mendustakan pahala yang baik.
ü  Mengumpat, mencela, prasangka dan olok-olok.
ü  Tidak melaksanakan rukun Islam, terutama mendirikan salat
Menurut ulama pengertian tobat itu adalah:
1.      Kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dari jalan yang jauh dari allah kepada jalan yang dekat kepada allah.
2.      Membersihkan hati dari segala dosa.
3.      Meninggalkan keinginan untuk melakukan kejahatan seperti yang pernh dilakukan karena mengagungkan nama allah swt dan menjauhkan diri dari kemurkaan-Nya.
Imam yang lain juga membagi taubat menjadi 3 yaitu:
Ø  Taubat,kembali dari kejahatan pada ketaatan karena takut akan murka dan siksa allah swt.
Ø  Inabat,kembali dari yan baik kepada yanglebih baik karena mengharap pahala.
Ø  Awbah,orang orang yang bertaubat bukan hanya karena akut siksaan dan tidak pula karena mengharp tambahan pahala,tetapi karena mengikuti perintah alloh swt.
Hukum tobat adalah wajib bagi setiap muslim atau muslimat yang sudah mukallaf (baligh dan berakal.

B. Syarat-syarat tobat

1.      Menyesal atas segala perbuatan dosa yang pernah dilakukan.
2.      Mensucikan diri dari perbuatan maksiat yang sudah dilakukan. Kerana tidak ada artinya bertaubat jika dosa masih terus dikerjakan.
3.      Bertekad dengan sungguh-sungguh bahawa tidak akan mengulanginya lagi, selama hidup di dunia, sampai mengucapkan selamat tinggal pada dunia yang fana ini.

C. Syarat diterimanya taubat

  • Ikhlas. Artinya, taubat pelaku dosa harus ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena   lainnya.
  • Menyesali dosa yang telah diperbuatnya.
  •  Meninggalkan sama sekali maksiat yang telah dilakukannya.
  • Tidak mengulangi. Artinya, seorang muslim harus bertekad tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut.
  • Istighfar. Yaitu memohon ampun kepada Allah atas dosa yang dilakukan terhadap hakNya.
  • Memenuhi hak bagi orang-orang yang berhak, atau mereka melepaskan haknya tersebut.
  • Waktu diterimanya taubat itu dilakukan di saat hidupnya, sebelum tiba ajalnya. Sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam : “Sesungguhnya Allah akan menerima taubat seorang hambaNya selama belum tercabut nyawanya.” (HR. At-Tirmidzi, hasan).

D. Keutaman taubat

Pada hakikatnya taubat itulah isi ajaran Islam dan fase-fase persinggahan iman. Setiap insan selalu membutuhkannya dalam menjalani setiap tahapan kehidupan. Maka orang yang benar-benar berbahagia ialah yang menjadikan taubat sebagai sahabat dekat dalam perjalanannya menuju Allah dan negeri akhirat. Sedangkan orang yang binasa adalah yang menelantarkan dan mencampakkan taubat di belakang punggungnya.
Beberapa di antara keutamaan taubat ialah:
1.      Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah ‘azza wa jalla.
Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222).


2.      Taubat merupakan sebab keberuntungan.
Allah ta’ala berfirman “Dan bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang yanng beriman, supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31)
3.      Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas kesalahan-kesalahannya.
Allah ta’ala berfirman“Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha mengampuni berbagai kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25)Allah ta’ala juga berfirman“Dan barang siapa yang bertaubat dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah akan menerima taubatnya.” (QS. Al Furqaan: 71) artinya taubatnya diterima.
4.      Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa neraka.
Allah ta’ala berfirman,
“Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu generasi yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu akan dilemparkan ke dalam kebinasaan. Kecuali orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam surga dan mereka tidaklah dianiaya barang sedikit pun.” (QS. Maryam: 59, 60).
5.      Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat.
Allah ta’ala berfirman,
“Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat sesudahnya dan beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun dan Penyayang.” (QS. Al A’raaf: 153).
6.      Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai kebaikan.
Allah ta’ala berfirman,“Dan barang siapa yang melakukan dosa-dosa itu niscaya dia akan menemui pembalasannya. Akan dilipatgandakan siksa mereka pada hari kiamat dan mereka akan kekal di dalamnya dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang digantikan oleh Allah keburukan-keburukan mereka menjadi berbagai kebaikan. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang.”(QS. Al Furqaan: 68-70)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang yang bertaubat dari suatu dosa sebagaimana orang yang tidak berdosa.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)
7.      Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan.
Allah ta’ala berfirman,
“Apabila kalian bertaubat maka sesungguhnya hal itu baik bagi kalian...” (QS. At Taubah: 3)
Allah ta’ala juga berfirman,“Maka apabila mereka bertaubat niscaya itu menjadi kebaikan bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi.” (QS. At Taubah: 74)
8.      Taubat adalah sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar.
Allah ta’ala berfirman, “Kecuali orang-orang yang bertaubat, memperbaiki diri dan berpegang teguh dengan agama Allah serta mengikhlaskan agama mereka untuk Allah mereka itulah yang akan bersama dengan kaum beriman dan Allah akan memberikan kepada kaum yang beriman pahala yang amat besar.” (QS. An Nisaa’: 146)
9.      Taubat merupakan sebab turunnya barakah dari atas langit serta bertambahnya kekuatan.
Allah ta’ala berfirman,“Wahai kaumku, minta ampunlah kepada Tuhan kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya niscaya akan dikirimkan kepada kalian awan dengan membawa air hujan yang lebat dan akan diberikan kekuatan tambahan kepada kalian, dan janganlah kalian berpaling menjadi orang yang berbuat dosa.” (QS. Huud: 52)
10.  Keutamaan taubat yang lain adalah menjadi sebab malaikat mendoakan orang-orang yang bertaubat.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,“Para malaikat yang membawa ‘Arsy dan malaikat lain di sekelilingnya senantiasa bertasbih dengan memuji Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan memintakan ampunan bagi orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu maha luas meliputi segala sesuatu, ampunilah orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu serta peliharalah mereka dari siksa neraka.” (QS.Al Mu’min: 7).

11.  Keutamaan taubat yang lain adalah ia termasuk ketaatan kepada kehendak Allah ‘azza wa jalla.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,“Dan Allah menghendaki untuk menerima taubat kalian, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (QS. An Nisaa’: 27). Maka orang yang bertaubat berarti dia adalah orang yang telah melakukan perkara yang disenangi Allah dan diridhai-Nya.
12.  Keutamaan taubat yang lain adalah Allah bergembira dengan sebab hal itu.
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Sungguh Allah lebih bergembira dengan sebab taubat seorang hamba-Nya ketika ia mau bertaubat kepada-Nya daripada kegembiraan seseorang dari kalian yang menaiki hewan tunggangannya di padang luas lalu hewan itu terlepas dan membawa pergi bekal makanan dan minumannya sehingga ia pun berputus asa lalu mendatangi sebatang pohon dan bersandar di bawah naungannya dalam keadaan berputus asa akibat kehilangan hewan tersebut, dalam keadaan seperti itu tiba-tiba hewan itu sudah kembali berada di sisinya maka diambilnya tali kekangnya kemudian mengucapkan karena saking gembiranya, ‘Ya Allah, Engkaulah hambaku dan akulah tuhanmu’, dia salah berucap karena terlalu gembira.” (HR. Muslim)
Taubat juga menjadi sebab hati menjadi bersinar dan bercahaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: Sesungguhnya seorang hamba apabila berbuat dosa maka di dalam hatinya ditorehkan sebuah titik hitam. Apabila dia meninggalkannya dan beristighfar serta bertaubat maka kembali bersih hatinya. Dan jika dia mengulanginya maka titik hitam itu akan ditambahkan padanya sampai menjadi pekat, itulah raan yang disebutkan Allah ta’ala,
“Sekali-kali tidak akan tetapi itulah raan yang menyelimuti hati mereka akibat apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Muthaffifin: 14) (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan dihasankan Al Albani).




2.RAJA’

A.Pengertian raja’

Pengertian raja’ secara bahasa, berasal dari bahasa arab, yaitu “rojaun” yang berarti harapan atau berharap. Raja’ yang dikehendaki oleh islam adalah mempunyai harapan kepada Allah untuk mendapatkan ampunan-Nya, memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta yang terpenting adalah mengharap rahmat serta keridaan Allah.
Raja’ merupakan perbuatan terpuji. Raja’ dapat meningkatkan keimanan dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Untuk itu, seseorang yang berharap memperoleh rahmat dan rida Allah serta kebahagiaan di dunia dan di akhirat, tentunya akan berusaha melakukan perbuatan yang dapat mewujudkan harapannya tersebut. Namun jika seseorang hanya berharap saja tanpa mau berusaha, hal ini disebut berangan-angan pada sesuatu yang mustahil atau yang disebut dengan tamammi, yang dampaknya nanti menyebabkan seseorang berputus asa, putus harapan terhadap rahmat dan rida Allah. Hal ini merupakan kebalikan dari sifat raja’. Oleh karena itu, sifat putus asa ini dilarang oleh Allah SWT…
Firman Allah SWT.

“…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”(QS. Yusuf:87).
Orang yang berputus asa dari rahmat Allah, berarti ia telah barprasangka buruk kepada Allah.Kita selaku manusia tidak terlepas dari salah dan dosa, untuk itu kita wajib senantiasa berharap rahmat dan ampunan Allah SWT. Sebanyak dan sebesar apapun kesalahan dan dosa yang telah kita lakukan, kita tetap diperintahkan untuk mengharap ampunan dari Allah SWT.

 “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…”(QS.Al Mu’min:60).
Kita dilarang untuk berputus asa dalam menghadapi masalah dalam kehidupan di dunia dan dalam mengharap ampunan dari Allah.

“katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi maha penyayang.”(QS. Az Zumar:53).
Sikap raja’ atau mengharap rahmat Allah, dalam praktiknya tentu harus berusaha dengan sungguh-sungguh dengan mengerjakan segala yang diperintah Allah serta menjauhi larangan-Nya, sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS.Al Azhab:21).
Bagi orang yang berharap ingin bertemu dengan Allah di surga, hendaknya ia beramal saleh dan tidak mempersekutukan Allah dengan yang lainnya.
 “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.”(QS.Al Kahfi:110).
Seseorang yang mempunuai sifat raja’ tentu akan bersikap optimis, dinamis, selalu berpikir kritis dan semakin sadar serta mengenal dirinya sendiri.

Raja' berarti mengharapkan sesuatu dari Allah swt. Ketika berdo’a maka kita harus penuh harap bahwa do’a kita akan dikabul oleh Allah Swt.

1.Peranan raja'
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: "Ketahuilah sesungguhnya penggerak hati menuju Allah 'azza wa jalla ada tiga: Al-Mahabbah (cinta), Al-Khauf (takut) dan Ar-Rajaa' (harap). Yang terkuat di antara ketiganya adalah mahabbah. Sebab rasa cinta itulah yang menjadi tujuan sebenarnya. Hal itu dikarenakan kecintaan adalah sesuatu yang diharapkan terus ada ketika di dunia maupun di akhirat. Berbeda dengan takut. Rasa takut itu nanti akan lenyap di akhirat (bagi orang yang masuk surga). Allah ta'ala berfirman : "Ketahuilah, sesungguhnya para wali Allah itu tidak ada rasa takut dan sedih yang akan menyertai mereka." (QS. Yunus: 62)
Sedangkan rasa takut yang diharapkan adalah yang bisa menahan dan mencegah supaya (hamba) tidak melenceng dari jalan kebenaran. Adapun rasa cinta, maka itulah faktor yang akan menjaga diri seorang hamba untuk tetap berjalan menuju sosok yang dicintai-Nya. Langkahnya untuk terus maju meniti jalan itu tergantung pada kuat-lemahnya rasa cinta.

2.Raja' yang terpuji
Syaikh Al 'Utsaimin berkata: "Ketahuilah, raja' yang terpuji hanya ada pada diri orang yang beramal taat kepada Allah dan berharap pahala-Nya atau bertaubat dari kemaksiatannya dan berharap taubatnya diterima, adapun raja' tanpa disertai amalan adalah raja' yang palsu, angan-angan belaka dan tercela." (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58).

3.Raja' adalah ibadah
"Orang-orang yang diseru oleh mereka itu justru mencari jalan perantara menuju Rabb mereka siapakah di antara mereka yang bisa menjadi orang paling dekat kepada-Nya, mereka mengharapkan rahmat-Nya dan merasa takut dari siksa-Nya." (QS. al-Israa': 57).Allah menceritakan kepada kita melalui ayat yang mulia ini bahwa sesembahan yang dipuja selain Allah oleh kaum musyrikin yaitu para malaikat dan orang-orang shalih mereka sendiri mencari kedekatan diri kepada Allah dengan melakukan ketaatan dan ibadah, mereka melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan diiringi harapan terhadap rahmat-Nya dan mereka menjauhi larangan-larangan-Nya dengan diiringi rasa takut tertimpa azab-Nya karena setiap orang yang beriman tentu akan merasa khawatir dan takut tertimpa hukuman-Nya

4.Raja' yang disertai dengan ketundukan dan perendahan diri
Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah berkata: "Raja' yang disertai dengan perendahan diri dan ketundukan tidak boleh ditujukan kecuali kepada Allah 'azza wa jalla. Memalingkan raja' semacam ini kepada selain Allah adalah kesyirikan, bisa jadi syirik ashghar dan bisa jadi syirik akbar tergantung pada isi hati orang yang berharap itu..." (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58)

5.Mengendalikan raja'
Sebagian ulama berpendapat: "Seyogyanya harapan lebih didominasikan tatkala berbuat ketaatan dan didominasikan takut ketika muncul keinginan berbuat maksiat." Karena apabila dia berbuat taat maka itu berarti dia telah melakukan penyebab tumbuhnya prasangka baik (kepada Allah) maka hendaknya dia mendominasikan harap yaitu agar amalnya diterima. Dan apabila dia bertekad untuk bermaksiat maka hendaknya ia mendominasikan rasa takut agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat.

Sebagian yang lain mengatakan: "Hendaknya orang yang sehat memperbesar rasa takutnya sedangkan orang yang sedang sakit memperbesar rasa harap." Sebabnya adalah orang yang masih sehat apabila memperbesar rasa takutnya maka dia akan jauh dari perbuatan maksiat. Dan orang yang sedang sakit apabila memperbesar sisi harapnya maka dia akan berjumpa dengan Allah dalam kondisi berbaik sangka kepada-Nya. Adapun pendapat saya sendiri dalam masalah ini adalah: hal ini berbeda-beda tergantung kondisi yang ada. Apabila seseorang dikhawatirkan dengan lebih condong kepada takut membuatnya berputus asa dari rahmat Allah maka hendaknya ia segera memulihkan harapannya dan menyeimbangkannya dengan rasa harap. Pada hakikatnya manusia itu adalah dokter bagi dirinya sendiri apabila hatinya masih hidup. Adapun orang yang hatinya sudah mati dan tidak bisa diobati lagi serta tidak mau memperhatikan kondisi hatinya sendiri maka yang satu ini bagaimanapun cara yang ditempuh tetap tidak akan sembuh." (Fatawa Arkanil Islam, hal. 58-59)

 C.Dengan demikian seorang muslim yang memiliki ciri-ciri sikap Raja' adalah:
1.      Dalam berusaha seseorang akan mengawali dengan niat karena Allah.
2.      Senantiasa berfikir positif dan dinamis, memiliki pengharapan yang baik bahwa usahanya akan  berhasil, serta siap menghadapi resiko.
3.      munculnya sikap ulet, pantang menyerah dalam menghadapi cobaan.
4.      Selalu bertawakkal kepada Allah. Selalu berusaha meningkatkan diri untuk lebih baik
 D.Manfaat dan hikmah raja :
a.       Memperoleh keridaan Allah
b.      Terhindar dari perbuatan dosa
c.       Mendapatkan kepuasan hidup
d.      Mendekatkan diri kita pada Allah S.W.T
e.       Sarana penyelesaian persoalan hidup
f.       Memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat