BAB
3
IMAN
KEPADA RASUL-RASUL ALLAH
A.Pengertian
iman kepada rasul alloh
Kata
rasul berasal dari bahasa Arab, rasulun
yang artinya utusan. Menurut istilah, rasul adalah manusia mulia yang
dipilih Allah untuk menerima w untuk diamalkan sendiri dan wajib disampaikan
kepada umatnya, sedangkan nabi adalah manusia mulia yang dipilih Allah untuk
menerima wahyu agar diamalkan oleh dirinya, tetapi tidak wajib menyampaikannya
kepada umatnya. Maksud dari beriman kepada rasul adalah meyakini bahwa mereka
adalah orang yang diutus dan ditugaskan Allah untuk menyampaikan ajaran kepada
umatnya sebagai pedoman bagi kehidupan.
B.Fungsi
beriman kepaa rasul alloh
Para nabi dan rasul sebagai khalifah
Allah di bumi mengemban tugas untuk menerima informasi tentang peraturan Allah
dan menyampaikannya kepada umat manusia agar terjadi keharmonisan dalam
kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, para rasul
mempunyai fungsi antara lain sebagai berikut.
o
Membawa berita gembira atau peringatan
kepada umatnya.
o
Menyuruh umat untuk menyembah hanya
kepada Allah dan senantiasa bertakwa kepada-Nya.
o
Menyeru pada umat untuk beriman kepada
Allah tanpa pengkultusan terhadap para rasul itu.
o
Mengajarkan seluruh umat agar senantiasa
mempelajari kitab suci yang diturunkan kepada rasul sebagai pedoman hidupnya.
C.Jumlah
dan sifat rosul dan nabi
a.
jumlah roul dan nabi
Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa
rasul-rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. adalah mereka dari golongan
laki-laki, tidak pernah ada rasul berjenis kelamin perempuan, dan jumlah rasul
yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya sangat banyak. Di antara para
rasul itu ada yang diceritakan kisahnya dalam Al-Quraan dan ada yang tidak.
عَنْ أَبِى ذَر قَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَمْ عِدَّةُ اْلاَنْبِيَاءِ ؟ قَالَ : مِائَةُ اَلْفٍ وَاَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ اَلْفًا اَلرُّسُلُ مِنْ ذَالِكَ ثَلاَثَةُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيْرًا (رَوَاهُ أَحْمَد)
"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad)
عَنْ أَبِى ذَر قَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَمْ عِدَّةُ اْلاَنْبِيَاءِ ؟ قَالَ : مِائَةُ اَلْفٍ وَاَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ اَلْفًا اَلرُّسُلُ مِنْ ذَالِكَ ثَلاَثَةُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيْرًا (رَوَاهُ أَحْمَد)
"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad)
Berdasarkan hadis di atas jumlah nabi
dan rasul ada 124.000 orang, diantaranya ada 315 orang yang diangkat Allah swt.
menjadi rasul. Diantara 315 orang nabi dan rasul itu, ada 25 orang yang nama
dan sejarahnya tercantum dalam Al Quran dan mereka inilah yang wajib kita
ketahui, yaitu:
1. Adam As 6. Ibrahim As 11. Yusuf As 16. ZulkiFli As 21. Yunus As
2. Idris As 7. Luth
As 12. Ayub
As 17. Daud As
22. Zakaria As
3. Nuh As 8. Ismail As 13. Syu’aib As 18. Sulaiman As
23. Yahya As
4. Hud As 9. Ishaq
As 14. Musa As
19. Ilyas As
24. Isa As
5. Sholeh As 10. Yaqub As 15. Harun As 20. Ilyasa As 25. Muhammad
Saw
Diantaran 25 nabi dan
rasul, ada rasul yang di beri gelar ulul azmi.Rasul ulul azmi adalah utusan Allah yang memiliki kesabaran dan
ketabahan yang luar biasa dalam menyampaikan risalah kepada umatnya. Rasul yang
di beri gelar ulul azmi, yaitu :
- Nabi Nuh As
- Nabi Ibrahim As
- Nabi Musa As
- Nabi Isa As
- Nabi Muhammad SAW
b.
sifat nabi dan rosul
Seluruh rasul mempunyai sifat yang
sangat terpuji dan terhindar dari sifat-sifat tercela. Sifat-sifat terpuyji
yang harus dimiliki rasul disebut sifat
wajib rasul, sedangkan sifat-sifat tercela yang tidak mungkin ada pada diri
rasul disebut sifat mustahil para rasul. Sifat yang boleh ada
ataupun tidak ada dalam diri nabi atau rasul disebut sifat jaiz rasul.
Ø Sifat wajib ada 4 antara lain :
1. Sidiq
: berkata benar
2. Amanah : dapat dipercaya
3. Tabligh
: menyampaikan
4. Fathonah
: cerdik,pandai
Ø Sedang sifat mustahil bagi rasul
yaitu :
1. Kizib : berkata bohong
2. Khianah
: tidak dapat dipercaya
3. Kitman : menyembunyikan
4. Baladah
: bodoh
Ø Sifat jaiz bagi rasul yaitu:
1.
wuqu’u
a'radil basyariyyah
yang
artinya bahwa rasul akan mengalami atau merasakan sesuatu sebagaimana manusia
biasa, seperti makan, minum, tidur, berjalan, berumah tangga, beranak istri,
mempunyai kawan, dan mengalami kemenangan maupun kekalahan dalam perjuangan
hidup.
D. PERSAMAAN DAN
PERBEDAAN NABI DAN ROSUL
Ø Persamaan
Nabi Dan Rasul Allah
- Sama-sama diutus untuk menyampaikan syariat Islam.
- Ada yang diturunkan kepadanya kitab, ada pula yang tidak.
- Seorang Laki-laki
- Sama-sama manusia yang di mulyakan Allah
- Sama-sama utusan Allah yang diberi wahyu oleh Allah
- Sama-Sama Mempunyai Mukjizat
Ø Perbedaan
Nabi Dan Rasul Allah
v Nabi
- Nabi diutus menyampaikan wahyu kepada kaum yang telah beriman atau untuk dirinya sendiri.
- Nabi mengikuti syariat sebelumnya yang sudah ada.
- Nabi Selalu berhasil di bunuh oleh orang kafir
- Sudah pasti Nabi tapi bukan Rasul
- Nabi pertama adalah Adam AS
- Mempunyai hak yang sama yaitu
·
ditaati
·
dihormati
·
dicintai
v Rasul
- Rasul diutus menyampaikan wahyu kepada kaum yang kafir
- Rasul Mendapat Syariat baru
- Rasul selalu selamat dari percobaan pembunuhan oleh orang kafir
- Sudah Pasti Nabi dan Rasul
- Rasul pertama adalah Nuh AS
E. Tugas rosul alloh
Tugas pokok para rasul Allah ialah
menyampaikan wahyu yang mereka terima dari Allah swt. kepada umatnya. Tugas ini
sungguh sangat berat, tidak jarang mereka mendapatkan tantangan, penghinaan,
bahkan siksaan dari umat manusia. Karena begitu berat tugas mereka, maka Allah
swt. memberikan keistimewaan yang luar biasa yaitu berupa mukjizat.
Mukjizat
ialah suatu keadaan atau kejadian luar biasa yang dimiliki para nabi atau rasul
atas izin Allah swt.
Fungsi mukjizat:
ü membuktikan
kebenaran kenabian dan kerasulannya, dan
ü sebagai
senjata untuk menghadapi musuh-musuh yang menentang atau tidak mau menerima
ajaran yang dibawakannya
Macam- macam mukjizat
- Mukjizat Kauniyah
Yaitu
mukjizat yang berkaitan dengan peristiwa alam.
Contoh:
nabi musa as yang dapat membelah laut merah dengan tongkatnya
- Mukjizat Saksiyah
Yaitu
mukjizat yang keluar dari tubuh nabi atau rasul.
Contohnya:
air yang keluar dari celah jari nabi Muhammad saw.
- Mukjizat Salbiyah
Yaitu
mukjizat yang membuat sesuatu menjadi tidak berdaya.
Contoh:
nabi Ibrahim yang tidak mempan dibakar dan apinya menjadi terasa dingin
- Mukjizat Akliyah
Yaitu
mukjizat yang masuk akal.
Contoh:
Al-Qur’an
Adapun tugas para nabi
dan rosul
1.
Mengajarkan aqidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan kepada umat manusia
bahwa:
Ø Allah
adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan satu-satunya dzat yang harus disembah (tauhid
ubudiyah).
Ø Allah
adalah maha pencipta, pencipta alam semesta dan segala isinya serta mengurusi,
mengawasi dan mengaturnya dengan sendirinya (tauhid rububiyah)
Ø Allah
adalah dzat yang pantas dijadikan Tuhan, sembahan manusia (tauhid uluhiyah)
Ø Allah
mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluqNya (tauhid sifatiyah)
2.
Mengajarkan kepada umat manusia bagaimana cara menyembah atau beribadah kepada
Allah swt. Ibadah kepada Allah swt. sudah dicontohkan dengan pasti oleh para
rasul, tidak boleh dibikin-bikin atau direkayasa. Ibadah dalam hal ini adalah
ibadah mahdhah seperti salat, puasa dan sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa
atau menyimpang dari apa yang telah dicontohkan oleh rasul termasuk kategori
“bid’ah,” dan bid’ah adalah kesesatan.
3.
Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana hal-hal yang
dilarang dan mana yang harus dikerjakan menurut perintah Allah swt.
4.
Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri dengan
sifat-sifat yang utama seperti berkata benar, dapat dipercaya, menepati janji,
sopan kepada sesama, santun kepada yang lemah, dan sebagainya.
5.
Menyampaikan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan
yang digariskan Allah swt dan menyampaikan wahyu dari allah.
Cara penyampaian wahyu:
ü Melalui
malaikat jibril yang menyamar menjadi laki-laki maupun dengan wujud aslinya
ü Melalui
takdir yang benar dari firman allah
o
Contoh: nabi musa di gunung tursina
ü Melalui
mimpi yang benar
o
Contoh: mimpi nabi Ibrahim untuk
menyembelih nabi ismail
ü Dibisikan
kedalam jiwa seorang rosul
o
Contoh: suwara gemerincing lonceng yang
rasul langsung tau maksudnya
5. Memberikan
kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya yang patuh dan taat kepada
perintah Allah swt. dan rasulNya bahwa mereka akan mendapatkan balasan surga,
sebagai puncak kenikmatan yang luar biasa. Sebaliknya mereka membawa kabar
derita bagi umat manusia yang berbuat zalim (aniaya) baik terhadap Allah swt,
terhadap manusia atau terhadap makhluq lain, bahwa mereka akan dibalas dengan
neraka, suatu puncak penderitaan yang tak terhingga.(Q.S. al Bayyinah: 6-8)
Tugas-tugas rasul di
atas, ditegaskan secara singkat oleh nabi Muhammad saw.dalam sabdanya sebagai
berikut:
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص م : إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُِتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ
(رَوَاهُ أَحْمَد بن حَنْبَل)
Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. (H.R. Ahmad bin Hanbal).
F.Tanda-tanda beriman kepada rosul
alloh
1.
Teguh keimanannya kepada Allah swt
Semakin kuat keimanan seseorang kepada para rasul Allah, maka akan semakin kuat pula keimanannya kepada Allah swt. Ketaatan kepada para rasul adalah bukti keimanan kepada Allah swt. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman kepada Allah swt. tanpa disertai keimanan kepada rasulNya. Banyak ayat al Quran yang menyuruh taat kepada Allah swt. disertai ketaatan kepada para rasulNya, antara lain dalam surah An Nisa ayat 59, Ali Imran ayat 32, Muhammad ayat 33 dan sebagainya.
Dua kalimat syahadat sebagai rukun Islam pertama adalah pernyataan seorang muslim untuk tidak memisahkan antara keimanan kepada Allah swt. di satu sisi, dan keimanan kepada Rasulullah di sisi lainnya. Dalam bahasa lain, beriman kepada para rasul Allah dengan melaksanakan segala sunah-sunahnya dan menghindari apa yang dilarangnya adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah swt.
2.
Meyakini kebenaran yang dibawa para rasul
Kebenaran yang dibawa para rasul tidak lain adalah wahyu Allah baik yang berupa Al-Quran maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran wahyu Allah adalah masalah yang sangat prinsip bagi siapapun yang mencari jalan keselamatan, karena wahyu Allah sebagai sumber petunjuk bagi manusia.
Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jika terlebih dahulu dia beriman kepada rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut. Mustahil ada orang yang langsung bisa menerima suatu kebenaran yang dibawa oleh orang lain, padahal dia tidak yakin bahkan tidak mengenal terhadap sipembawa kebenaran tersebut.
Allah
menjelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 285 yang artinya sebagai berikut:
“Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.”(Q.S. Al Baqarah 285)
Bagi tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakini kebenaran yang dibawa oleh para rasul, kemudian mengamalkan atau menepati kebenaran tersebut. Bagi umat Nabi Muhammad saw. tentulah kebenaran atau ajaran yang diamalkannya ialah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
“Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.”(Q.S. Al Baqarah 285)
Bagi tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakini kebenaran yang dibawa oleh para rasul, kemudian mengamalkan atau menepati kebenaran tersebut. Bagi umat Nabi Muhammad saw. tentulah kebenaran atau ajaran yang diamalkannya ialah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
3.
Tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan yang lain
Dengan beriman kepada rasul-rasul Allah otomatis berarti tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan rasul yang lain. Artinya seorang mukmin dituntut untuk meyakini kepada semua rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. Tidak akan terlintas sedikitpun dalam hatinya untuk merendahkan salahsatu dari rasul-rasul Allah atau beriman kepada sebagian rasul dan kufur kepada sebagian yang lain. Sikap seorang mukmin adalah seperti yang digambarkan oleh Allah swt. dalam surah Al Baqarah ayat 285: yang artinya sebagai berikut:
"...Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya." Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-Baqarah : 285)
4.
Menjadikan para rasul sebagai uswah hasanah
Para rasul yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk memimpin umatnya adalah orang-orang pilihan di antara mereka. Sebelum menerima wahyu dari Allah swt, mereka adalah orang-orang yang terpandang di lingkungan umatnya, sehingga selalu menjadi acuan perilaku atau suri tauladan bagi orang-orang di lingkungannya.Apalagi setelah menerima wahyu, keteladanan mereka tidak diragukan lagi, karena mereka selalu mendapat bimbingan dari Allah swt.
Dalam
surah Al Ahzab ayat 21 Allah swt. menegaskan sebagai berikut:
“Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kamu,” (Q.S. Al Ahzab ayat 21).
“Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kamu,” (Q.S. Al Ahzab ayat 21).
G. Contoh perilaku beriman kepada
rosul-rosul alloh
§ Menaati
ajaran alloh swt.yang disampaikan rosulnya
§ Berperilaku
giat dn rajin bekerja mencari rezeki yang halal,sesuai dengan keahliannya.
§ Melaksanakan
seruan rasulullah saw.untuk beribadah hanya kepada alloh swt,dan menjauhkan
diri dari segala sikap serta perilaku syirik.
§ Melakukan
usaha-usaha agar kualitas hidupnya meningkat ke derajat yang lebi tinggi.
§ Orang
yang beriman kepada rasul allah swt.akan selalu mengikat memahami,dan
berperilaku sesuai dengan hadis.
“dari abdullah bin amir
berkata rasulullah saw.bersabda;orang islam itu bersaudara orang islam
lainya,maka janganlah ia menganiyanya,dan janganlah ia membiarkan saudaranya
(terjerumus kedalam sesuatu yang membahayakan).barang siapa menolong (memenuhi)
apa yang menjadi keperluannya.dan barang siapa yang memudahkan (memberi jalan
keluar)kesulitan saudaranya (sesama manusia),allah akan memudahkan kesulitannya
di hari kiamat.dan barang siapa menutupi (aib) orang islam,maka allah akan
menutupi aibnya di hari kiamat.”(H.Rbukhari Muslim,Abu Dawud,Nasi’i,dan
Tirmidzi dinyatakan bahwa hadis ini hasan sahih).
H.Nilai-nilai yang Harus
Diaplikasikan dalam kehidupan Sehari-hari
a)
Istiqamah dalam menjalankan syariat
islam
b)
Peduli terhadapkaum dhuafa.
c)
Menjadikan rasul rasulullah
saw.sebagai suri teladan.
d)
Selalu melaksanakan ibadah-abadah
sunah.
e)
Meyakini isi kitab-kitab yang
dibawa oleh para rasul.
f)
Meyakini para rasul memiliki
safat-sifat terpuji.
g)
Tabah dan sabar dalam menghadapi
musibah
h)
Selalu optimis dan tidak pernah
putus asa
i)
Tidak membeda-bedakan antara
rasul-rasul allah
I.Contoh keistimewaan atau mukjizat
rasul (nabi isa as.)
Nabi Isa as bergelar Al Masih dan dipanggil Ibnu
Maryam (Putra Maryam). Beliau lahir tanpa ayah, tetapi bukan karena zina.
Beliau lahir di Baitul Lahmi (Bethlehem) yang berarti "tempat lahir".
Letaknya sekitar 9,5 km diselatan Yerussalem, yang saat itu berada dalam
jajahan Romawi. Isa as dapat berbicara ketika masih bayi dan dikhitan pada usia
8 hari sesuai syariat yang dianut sejak Nabi Ibrahim as.
Pada usia 12 tahun, Beliau menuntut ilmu di Baitul Maqdis
dan pada usia 30 tahun Beliau mendapat tugas kenabian serta menerima wahyu
berupa injil.Sahabat, murid, dan pengikutnya disebut dengan Al Hawariyyun.
Isa Ibnu Maryam terkenal sebagai pemuda cerdik, pintar, berani, tegas, dan
penuh kasih sayang.Beliau pun memperoleh mukjizat yaitu mampu menghidupkan
orang yang sudah meninggal, menurunkan hidangan dari langit, menyembuhkan
beberapa penyakit seperti kusta, gila, buta, bisu, dan pincang, serta mampu membuat
burung hidup dari tanah liat.Dengan kata lain, setiap Muslim
dituntut untuk menjadi lebih baik dari hari ke ha
MODUL
4
PERILAKU
TERPUJI (TOBAT DAN RAJA’)
Sikap tobat dan raja’ merupakan sepasang
sikap indah yang allah karuniakan kepada kita selaku seorang muslim.hal ini
menjadi penghubung antara hamba yang lemah an berdosa kepada Rabb-nya Yang
Mahamulia.Salah satu hal terpenting dari tobat dan raja’ adalah ketersambungan
jiwa kita selaku hamba kepada allah swt.Yang Maha Pengasih.allah menyediakan
ampunan-Nya bagi siapa pun yang melampaui batas.allah juga menyediakan
rahmat-Nya bagi siapapun yang mengharapkanya. Dalam menjalani kehidupan,
seseorang tentu harus mempersiapkan bekal untuk hari kemudian. Bekalnya adalah
iman, ilmu dan amal shaleh. Keimanan yang disertai amal shaleh akan membawa
keselamatan dan kesejahteraan, baik di dunia maupun diakhirat. Apalagi jika
ditambah dengan perilaku terpuji seperti bertaubat, raja’ (menunjukkan sikap
mengharap kerido’an Allah), optimis, dinamis, mampu berfikir kritis, dan mampu
mengendalikan diri
1.TOBAT
A.Pengertian Tobat
Taubat secara etimologis (bahasa)
berasal dari kata tâba (fi’il madhi), yatûbu (fi’il mudhari’), taubatan
(mashdar), yang berarti “kembali” atau “pulang” (raja’a) (Haqqi, 2003). Adapun
secara terminologis (menurut makna syar’i), secara ringkas Imam an-Nawawi
mengatakan, taubat adalah raja’a ‘an al-itsmi (kembali dari dosa) (Syarah
Shahih Muslim, XVII/59). Dengan kata lain, taubat adalah kembali dari
meninggalkan segala perbuatan tercela (dosa) untuk melakukan perbuatan yang
terpuji (‘Atha, 1993).
Taubat tersebut adalah suatu keniscayaan
bagi manusia, sebab tidak satu pun anak keturunan Adam AS di dunia ini yang
tidak luput dari berbuat dosa. Semua manusia, pasti pernah melakukan berdosa.
Hanya para nabi dan malaikat saja yang luput dari dosa dan maksiyat. Manusia
yang baik bukan orang yang tidak berdosa, melainkan manusia yang jika berdosa
dia melakukan taubat
Artinya :
“…Sesungguhnya Allah itu menyukai orang-orang yang tobat kepada-Nya dan dia
menyukai orang-orang yang membersihkan diri.” (QS Al Baqarah : 222)
Taubat adalah proses menyadari kesalahan
yang telah diperbuat dan berupaya sekuat hati untuk tidak melakukannya kembali
atau permohonan ampun kepada Allah SWT atas kesalahan (kekhilafan) dan atas
perbuatan dosa yang telah dilakukannya.
Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya :
“Sesungguhnya Allah menerima taubat hambanya selagi ia belum tercungak-cungak
hendak mati (nyawanya berbalik-balik dikerongkongan).” (HR Ahmad)
Kesalahan atau kekhilafan yang dilakukan
terhadap orang lain, diantaranya seperti hal-hal berikut.
ü Tidak
memuliakan anak yatim piatu, tidak menganjurkan dan memberi makan orang miskin,
memakan harta dengan mencampuradukkan yang hak dengan yang bathil dan mencintai
harta yang berlebihan.
ü
Bakhil, merasa tidak cukup dan
mendustakan pahala yang baik.
ü
Mengumpat, mencela, prasangka dan
olok-olok.
ü Tidak
melaksanakan rukun Islam, terutama mendirikan salat
Menurut ulama pengertian tobat itu
adalah:
1. Kembali
dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dari jalan yang jauh dari allah
kepada jalan yang dekat kepada allah.
2.
Membersihkan hati dari segala dosa.
3.
Meninggalkan keinginan untuk melakukan
kejahatan seperti yang pernh dilakukan karena mengagungkan nama allah swt dan
menjauhkan diri dari kemurkaan-Nya.
Imam yang lain juga
membagi taubat menjadi 3 yaitu:
Ø Taubat,kembali
dari kejahatan pada ketaatan karena takut akan murka dan siksa allah swt.
Ø Inabat,kembali
dari yan baik kepada yanglebih baik karena mengharap pahala.
Ø Awbah,orang
orang yang bertaubat bukan hanya karena akut siksaan dan tidak pula karena
mengharp tambahan pahala,tetapi karena mengikuti perintah alloh swt.
Hukum
tobat adalah wajib bagi setiap muslim atau muslimat yang sudah mukallaf (baligh
dan berakal.
B. Syarat-syarat tobat
1. Menyesal
atas segala perbuatan dosa yang pernah dilakukan.
2.
Mensucikan diri dari perbuatan maksiat
yang sudah dilakukan. Kerana tidak ada artinya bertaubat jika dosa masih terus
dikerjakan.
3. Bertekad
dengan sungguh-sungguh bahawa tidak akan mengulanginya lagi, selama hidup di
dunia, sampai mengucapkan selamat tinggal pada dunia yang fana ini.
C. Syarat diterimanya
taubat
- Ikhlas. Artinya, taubat pelaku dosa harus ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena lainnya.
- Menyesali dosa yang telah diperbuatnya.
- Meninggalkan sama sekali maksiat yang telah dilakukannya.
- Tidak mengulangi. Artinya, seorang muslim harus bertekad tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut.
- Istighfar. Yaitu memohon ampun kepada Allah atas dosa yang dilakukan terhadap hakNya.
- Memenuhi hak bagi orang-orang yang berhak, atau mereka melepaskan haknya tersebut.
- Waktu diterimanya taubat itu dilakukan di saat hidupnya, sebelum tiba ajalnya. Sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam : “Sesungguhnya Allah akan menerima taubat seorang hambaNya selama belum tercabut nyawanya.” (HR. At-Tirmidzi, hasan).
D. Keutaman taubat
Pada
hakikatnya taubat itulah isi ajaran Islam dan fase-fase persinggahan iman.
Setiap insan selalu membutuhkannya dalam menjalani setiap tahapan kehidupan.
Maka orang yang benar-benar berbahagia ialah yang menjadikan taubat sebagai
sahabat dekat dalam perjalanannya menuju Allah dan negeri akhirat. Sedangkan
orang yang binasa adalah yang menelantarkan dan mencampakkan taubat di belakang
punggungnya.
Beberapa di antara
keutamaan taubat ialah:
1. Taubat
adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah ‘azza wa jalla.
Allah
ta’ala berfirman, “Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka
membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222).
2. Taubat
merupakan sebab keberuntungan.
Allah
ta’ala berfirman “Dan
bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang yanng beriman, supaya kalian
beruntung.” (QS. An Nuur: 31)
3. Taubat
menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas
kesalahan-kesalahannya.
Allah ta’ala berfirman“Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha
mengampuni berbagai kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25)Allah ta’ala
juga berfirman“Dan barang siapa yang
bertaubat dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah akan menerima taubatnya.” (QS.
Al Furqaan: 71) artinya taubatnya diterima.
4. Taubat
merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa neraka.
Allah
ta’ala berfirman,
“Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu
generasi yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya
mereka itu akan dilemparkan ke dalam kebinasaan. Kecuali orang-orang yang
bertaubat di antara mereka, dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah
orang-orang yang akan masuk ke dalam surga dan mereka tidaklah dianiaya barang
sedikit pun.” (QS. Maryam: 59, 60).
5. Taubat
adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat.
Allah
ta’ala berfirman,
“Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa
kemudian bertaubat sesudahnya dan beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar
Maha Pengampun dan Penyayang.” (QS. Al A’raaf: 153).
6. Taubat
merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai kebaikan.
Allah
ta’ala berfirman,“Dan barang siapa
yang melakukan dosa-dosa itu niscaya dia akan menemui pembalasannya. Akan
dilipatgandakan siksa mereka pada hari kiamat dan mereka akan kekal di dalamnya
dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman serta
beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang digantikan oleh Allah
keburukan-keburukan mereka menjadi berbagai kebaikan. Dan Allah maha pengampun
lagi maha penyayang.”(QS. Al Furqaan: 68-70)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang yang bertaubat dari suatu dosa
sebagaimana orang yang tidak berdosa.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan
oleh Al Albani)
7. Taubat
menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan.
Allah
ta’ala berfirman,
“Apabila kalian bertaubat maka sesungguhnya hal itu
baik bagi kalian...” (QS. At Taubah: 3)
Allah
ta’ala juga berfirman,“Maka apabila
mereka bertaubat niscaya itu menjadi kebaikan bagi mereka, dan jika mereka
berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia
dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak
(pula) penolong di muka bumi.” (QS. At Taubah: 74)
8. Taubat
adalah sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar.
Allah
ta’ala berfirman, “Kecuali
orang-orang yang bertaubat, memperbaiki diri dan berpegang teguh dengan agama
Allah serta mengikhlaskan agama mereka untuk Allah mereka itulah yang akan bersama
dengan kaum beriman dan Allah akan memberikan kepada kaum yang beriman pahala
yang amat besar.” (QS. An Nisaa’: 146)
9. Taubat
merupakan sebab turunnya barakah dari atas langit serta bertambahnya kekuatan.
Allah
ta’ala berfirman,“Wahai kaumku, minta
ampunlah kepada Tuhan kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya niscaya akan
dikirimkan kepada kalian awan dengan membawa air hujan yang lebat dan akan
diberikan kekuatan tambahan kepada kalian, dan janganlah kalian berpaling
menjadi orang yang berbuat dosa.” (QS. Huud: 52)
10. Keutamaan
taubat yang lain adalah menjadi sebab malaikat mendoakan orang-orang yang
bertaubat.
Hal
ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,“Para
malaikat yang membawa ‘Arsy dan malaikat lain di sekelilingnya senantiasa
bertasbih dengan memuji Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan memintakan
ampunan bagi orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu maha
luas meliputi segala sesuatu, ampunilah orang-orang yang bertaubat dan
mengikuti jalan-Mu serta peliharalah mereka dari siksa neraka.” (QS.Al
Mu’min: 7).
11. Keutamaan
taubat yang lain adalah ia termasuk ketaatan kepada kehendak Allah ‘azza wa
jalla.
Hal
ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,“Dan
Allah menghendaki untuk menerima taubat kalian, sedang orang-orang yang
mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari
kebenaran).” (QS. An Nisaa’: 27). Maka orang yang bertaubat berarti
dia adalah orang yang telah melakukan perkara yang disenangi Allah dan
diridhai-Nya.
12. Keutamaan
taubat yang lain adalah Allah bergembira dengan sebab hal itu.
Hal
ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Sungguh Allah lebih bergembira dengan sebab
taubat seorang hamba-Nya ketika ia mau bertaubat kepada-Nya daripada
kegembiraan seseorang dari kalian yang menaiki hewan tunggangannya di padang
luas lalu hewan itu terlepas dan membawa pergi bekal makanan dan minumannya
sehingga ia pun berputus asa lalu mendatangi sebatang pohon dan bersandar di
bawah naungannya dalam keadaan berputus asa akibat kehilangan hewan tersebut,
dalam keadaan seperti itu tiba-tiba hewan itu sudah kembali berada di sisinya
maka diambilnya tali kekangnya kemudian mengucapkan karena saking gembiranya,
‘Ya Allah, Engkaulah hambaku dan akulah tuhanmu’, dia salah berucap karena
terlalu gembira.” (HR. Muslim)
Taubat
juga menjadi sebab hati menjadi bersinar dan bercahaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
yang artinya: Sesungguhnya
seorang hamba apabila berbuat dosa maka di dalam hatinya ditorehkan sebuah
titik hitam. Apabila dia meninggalkannya dan beristighfar serta bertaubat maka
kembali bersih hatinya. Dan jika dia mengulanginya maka titik hitam itu akan
ditambahkan padanya sampai menjadi pekat, itulah raan yang disebutkan Allah
ta’ala,
“Sekali-kali tidak akan tetapi itulah raan yang
menyelimuti hati mereka akibat apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.
Al Muthaffifin: 14) (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan dihasankan Al Albani).
2.RAJA’
A.Pengertian raja’
Pengertian raja’ secara bahasa, berasal
dari bahasa arab, yaitu “rojaun” yang berarti harapan atau berharap. Raja’ yang
dikehendaki oleh islam adalah mempunyai harapan kepada Allah untuk mendapatkan
ampunan-Nya, memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat
serta yang terpenting adalah mengharap rahmat serta keridaan Allah.
Raja’ merupakan perbuatan terpuji. Raja’
dapat meningkatkan keimanan dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Untuk itu,
seseorang yang berharap memperoleh rahmat dan rida Allah serta kebahagiaan di
dunia dan di akhirat, tentunya akan berusaha melakukan perbuatan yang dapat
mewujudkan harapannya tersebut. Namun jika seseorang hanya berharap saja tanpa
mau berusaha, hal ini disebut berangan-angan pada sesuatu yang mustahil atau
yang disebut dengan tamammi,
yang dampaknya nanti menyebabkan seseorang berputus asa, putus harapan terhadap
rahmat dan rida Allah. Hal ini merupakan kebalikan dari sifat raja’. Oleh
karena itu, sifat putus asa ini dilarang oleh Allah SWT…
Firman
Allah SWT.
“…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”(QS.
Yusuf:87).
Orang yang berputus asa dari rahmat
Allah, berarti ia telah barprasangka buruk kepada Allah.Kita selaku manusia
tidak terlepas dari salah dan dosa, untuk itu kita wajib senantiasa berharap
rahmat dan ampunan Allah SWT. Sebanyak dan sebesar apapun kesalahan dan dosa
yang telah kita lakukan, kita tetap diperintahkan untuk mengharap ampunan dari
Allah SWT.
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu…”(QS.Al Mu’min:60).
Kita dilarang untuk berputus asa dalam
menghadapi masalah dalam kehidupan di dunia dan dalam mengharap ampunan dari
Allah.
“katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui
batas terhadap terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dialah yang maha pengampun lagi maha penyayang.”(QS. Az
Zumar:53).
Sikap raja’ atau mengharap rahmat Allah,
dalam praktiknya tentu harus berusaha dengan sungguh-sungguh dengan mengerjakan
segala yang diperintah Allah serta menjauhi larangan-Nya, sesuai dengan apa
yang dicontohkan Rasulullah
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS.Al
Azhab:21).
Bagi orang yang berharap ingin bertemu
dengan Allah di surga, hendaknya ia beramal saleh dan tidak mempersekutukan
Allah dengan yang lainnya.
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.”(QS.Al
Kahfi:110).
Seseorang yang mempunuai sifat raja’
tentu akan bersikap optimis, dinamis, selalu berpikir kritis dan semakin sadar
serta mengenal dirinya sendiri.
Raja' berarti mengharapkan sesuatu dari
Allah swt. Ketika berdo’a maka kita harus penuh harap bahwa do’a kita akan
dikabul oleh Allah Swt.
1.Peranan raja'
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah mengatakan: "Ketahuilah sesungguhnya penggerak hati menuju
Allah 'azza wa jalla ada tiga: Al-Mahabbah (cinta), Al-Khauf (takut) dan
Ar-Rajaa' (harap). Yang terkuat di antara ketiganya adalah mahabbah. Sebab rasa
cinta itulah yang menjadi tujuan sebenarnya. Hal itu dikarenakan kecintaan
adalah sesuatu yang diharapkan terus ada ketika di dunia maupun di akhirat.
Berbeda dengan takut. Rasa takut itu nanti akan lenyap di akhirat (bagi orang
yang masuk surga). Allah ta'ala berfirman : "Ketahuilah,
sesungguhnya para wali Allah itu tidak ada rasa takut dan sedih yang akan
menyertai mereka." (QS. Yunus: 62)
Sedangkan rasa takut yang diharapkan
adalah yang bisa menahan dan mencegah supaya (hamba) tidak melenceng dari jalan
kebenaran. Adapun rasa cinta, maka itulah faktor yang akan menjaga diri seorang
hamba untuk tetap berjalan menuju sosok yang dicintai-Nya. Langkahnya untuk
terus maju meniti jalan itu tergantung pada kuat-lemahnya rasa cinta.
2.Raja' yang terpuji
Syaikh Al 'Utsaimin berkata:
"Ketahuilah, raja' yang terpuji hanya ada pada diri orang yang beramal
taat kepada Allah dan berharap pahala-Nya atau bertaubat dari kemaksiatannya
dan berharap taubatnya diterima, adapun raja' tanpa disertai amalan adalah
raja' yang palsu, angan-angan belaka dan tercela." (Syarh Tsalatsatu
Ushul, hal. 58).
3.Raja' adalah ibadah
"Orang-orang
yang diseru oleh mereka itu justru mencari jalan perantara menuju Rabb mereka
siapakah di antara mereka yang bisa menjadi orang paling dekat kepada-Nya,
mereka mengharapkan rahmat-Nya dan merasa takut dari siksa-Nya." (QS.
al-Israa': 57).Allah menceritakan kepada kita melalui ayat yang mulia ini bahwa
sesembahan yang dipuja selain Allah oleh kaum musyrikin yaitu para malaikat dan
orang-orang shalih mereka sendiri mencari kedekatan diri kepada Allah dengan
melakukan ketaatan dan ibadah, mereka melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan
diiringi harapan terhadap rahmat-Nya dan mereka menjauhi larangan-larangan-Nya
dengan diiringi rasa takut tertimpa azab-Nya karena setiap orang yang beriman
tentu akan merasa khawatir dan takut tertimpa hukuman-Nya
4.Raja' yang disertai dengan
ketundukan dan perendahan diri
Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah
berkata: "Raja' yang disertai dengan perendahan diri dan ketundukan tidak
boleh ditujukan kecuali kepada Allah 'azza wa jalla. Memalingkan raja' semacam
ini kepada selain Allah adalah kesyirikan, bisa jadi syirik ashghar dan bisa
jadi syirik akbar tergantung pada isi hati orang yang berharap itu..."
(Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58)
5.Mengendalikan raja'
Sebagian ulama berpendapat:
"Seyogyanya harapan lebih didominasikan tatkala berbuat ketaatan dan
didominasikan takut ketika muncul keinginan berbuat maksiat." Karena
apabila dia berbuat taat maka itu berarti dia telah melakukan penyebab
tumbuhnya prasangka baik (kepada Allah) maka hendaknya dia mendominasikan harap
yaitu agar amalnya diterima. Dan apabila dia bertekad untuk bermaksiat maka
hendaknya ia mendominasikan rasa takut agar tidak terjerumus dalam perbuatan
maksiat.
Sebagian yang lain mengatakan:
"Hendaknya orang yang sehat memperbesar rasa takutnya sedangkan orang yang
sedang sakit memperbesar rasa harap." Sebabnya adalah orang yang masih
sehat apabila memperbesar rasa takutnya maka dia akan jauh dari perbuatan
maksiat. Dan orang yang sedang sakit apabila memperbesar sisi harapnya maka dia
akan berjumpa dengan Allah dalam kondisi berbaik sangka kepada-Nya. Adapun
pendapat saya sendiri dalam masalah ini adalah: hal ini berbeda-beda tergantung
kondisi yang ada. Apabila seseorang dikhawatirkan dengan lebih condong kepada
takut membuatnya berputus asa dari rahmat Allah maka hendaknya ia segera
memulihkan harapannya dan menyeimbangkannya dengan rasa harap. Pada hakikatnya
manusia itu adalah dokter bagi dirinya sendiri apabila hatinya masih hidup.
Adapun orang yang hatinya sudah mati dan tidak bisa diobati lagi serta tidak
mau memperhatikan kondisi hatinya sendiri maka yang satu ini bagaimanapun cara
yang ditempuh tetap tidak akan sembuh." (Fatawa Arkanil Islam, hal. 58-59)
C.Dengan demikian seorang muslim yang
memiliki ciri-ciri sikap Raja' adalah:
1. Dalam
berusaha seseorang akan mengawali dengan niat karena Allah.
2. Senantiasa
berfikir positif dan dinamis, memiliki pengharapan yang baik bahwa usahanya
akan berhasil, serta siap menghadapi resiko.
3. munculnya
sikap ulet, pantang menyerah dalam menghadapi cobaan.
4. Selalu
bertawakkal kepada Allah. Selalu berusaha meningkatkan diri untuk lebih baik
D.Manfaat dan hikmah raja :
a. Memperoleh
keridaan Allah
b. Terhindar
dari perbuatan dosa
c. Mendapatkan
kepuasan hidup
d. Mendekatkan
diri kita pada Allah S.W.T
e. Sarana
penyelesaian persoalan hidup
f. Memperoleh
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat